Daftar Isi

Senin, 21 Desember 2015

Beasiswa DataPrint

Program beasiswa DataPrint telah memasuki tahun kelima. Setelah sukses mengadakan program beasiswa di tahun 2011 hingga 2014, maka DataPrint kembali membuat program beasiswa bagi penggunanya yang berstatus pelajar dan mahasiswa.  Hingga saat ini lebih dari 1000 beasiswa telah diberikan bagi penggunanya.
Di tahun 2015 sebanyak 500 beasiswa akan diberikan bagi pendaftar yang terseleksi. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.
Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi, segera daftarkan diri kamu, klik kolom PENDAFTARAN pada web ini!
Like dan follow DataPrint di page DataPrint Indonesia dan @dataprintindo .

Official Website : www.beasiswadataprint.com dan www.dataprint.co.id

Pendaftaran periode 1 : 10 Februari – 30 Juni 2015
Pengumuman                : 10 Juli 2015

Pendaftaran periode 2   : 1 Juli – 25 Desember 2015
Pengumuman                : 13 Januari 2016

PERIODE
JUMLAH PENERIMA BEASISWA
@ Rp 1.000.000 @ Rp 500.000 @ Rp 250.000
Periode 1
50 orang
50 orang
150 orang
Periode 2
50 orang
50 orang
150 orang

Sabtu, 21 Maret 2015

Seperti Aku, Misalnya

Tidak semua orang kesepian saat dia sendirian. Terkadang, ada orang-orang yang menikmati aktivitas sendirian. Duduk sendirian di kafe, membaca sendirian di toko buku, menonton film sendirian, melakukan perjalanan jauh sendirian. Seperti aku, misalnya.

Tidak semua yang di tengah banyak orang tidak kesepian. Ada orang yang merasa dirinya sendirian di keramaian. Merasa asing dan tidak berkawan. Seperti aku, misalnya.

Sabtu, 17 Januari 2015

Mengenali Kebaikan

Suatu sore, aku dan seorang teman perempuanku berjalan kaki melintasi trotoar kota selepas kami tidak sengaja bertemu di toko buku. Kami berdua berbicara banyak hal sepanjang perjalanan menuju sebuah kedai yang kami rencanakan akan menjadi tempat kami makan bersama hari itu untuk mengisi waktu.

Di waktu-waktu selepas kuliah seperti ini, sebagai seorang perempuan, ia bercerita perihal laki-laki yang datang kepadanya. Beberapa jumlahnya dan beberapa pula aku mengenalnya karena ternyata adalah teman kami berdua.

Ia bertanya bagaimana cara mengenali seseorang itu baik atau tidak, sementara rasanya semua orang yang sedang berusaha menarik perhatian lawan jenisnya akan bersikap sebaik-baiknya. Menutup-nutupi segala kelemahannya dan melipatgandakan segala kelebihannya. Banyak katanya mengandung makna tersembunyi, sayangnya ya hanya sebatas kata. Tidak konkret!

Aku diam, berusaha mencari jawaban pada kendaraan yang berlalu lalang, papan baliho yang besar, pada segala macam benda yang aku temui. Aku berhenti berjalan. Ia melihatku penuh tanya, penasaran.

"Aku tahu!" jawabku seketika.

Ia terlihat antusias mengetahui pertanyaannya akan terjawab.
"Bagaimana caranya mengetahui seseorang itu baik atau tidak? Karena aku laki-laki dan kamu bertanya mengenai seorang laki-laki yang datang padamu, aku akan merasakan bahwa kelak aku adalah seorang ayah dan memiliki anak perempuan sepertimu lalu ada laki-laki yang mendatangimu. Laki-laki itu tadi yang kamu ceritakan. Aku akan bertanya pada diri sendiri, apakah aku akan menerimanya sebagai menantuku dan menyerahkanmu. Kalau laki-lakinya adalah dia yang kamu ceritakan tadi, maka jawabku adalah tidak. Aku tidak mau laki-laki model seperti itu jadi menantu, tukang modus," jawabku lurus.

Kamu tertawa, tapi ada benarnya, katamu.

"Kalau begitu, aku tahu perempuan yang kamu suka. Dan kalau aku menjadi ibumu, aku akan sangat bahagia bila memiliki menantu perempuan sepertinya,"katamu penuh makna.

Aku tersipu malu. Kami berdua berjalan lagi, menikmati suasana sore bersama sebagai seorang teman. Mungkin, waktu seperti ini akan hilang beberapa tahun lagi.

Jambi, 17 Januari 2015 (c) Wahyu Hidayat
Story of KurniawanGunadi